Kisah awal bermula pada
saat sang ibu kota hendak mencari kepala rumah tangga yang baru. Setelah 3
tahun sang kepala rumah tangga pindah haluan menjadi kepala rumah tangga
sebelah, akhirnya kepala rumah tangga di gantikan oleh anaknya, sang pewaris
tahta dari klan mata kecil. 2 tahun sang pewaris tahta memimpin rumah tangga.
Sampai akhirnya sang ibu kota ingin mencari
kepala rumah tangga yang baru. Si pewaris tahta merasa masih bisa menjadi
kepala rumah tangga, ia yakin bisa melanjutkan apa yang telah ia capai selama
memimpin rumah tangganya, ia merasa sudah memuaskan para anak-anaknya. Yang
dulunya anak-anak itu tidak tau mau tinggal dimana ?, tidak tau harus bekerja
apa ? dan tidak tau harus berbuat apa ?. Sang kepala rumah tangga ini sangatlah
tegas dan bijaksana ia sangat peduli akan nasib anak-anaknya. Ia bangunkan
rumah, membukakan pekerjaan dan lahan usaha untuk mereka. Sakin baiknya, jika
ada anaknya yang tidak pecus dalam mengurus perintahnya maka ia tidak segan
untuk memarahinya.
Progam ini dan itu
terus ia kembangkan demi anak-anaknya dan rumahnya, kolam renang dadakan yang dulunya
sering datang di saat musim hujan ia tangani dengan cerdas. Anak-anaknya yang
dulu nakal dengan baik dia luruskan. Kendaraan bagus dan nyaman ia sediakan
buat sekolah dan bekerja para anaknya, semua ia sediakan dengan kualitas yang
bagus dan baik khusus buat anak-anaknya. Loyalitas tinggi dan solidaritas yang
baik sang kepala rumah tangga sangatlah bermanfaat bagi mereka.
Akan tetapi, sang ibu
berkata lain. Ia bosan denganya ia ingin mencari gantinya. Tidak tau mengapa
sang ibu pengen pisah denganya. Padahal anak-anaknya masih menginginkanya untuk
jadi kepala rumah tangga. Sang bapakpun setuju dengan anak-ankanya ia masih pengen
menjadi kepala rumah tangga di rumah itu. Karena sang bapak merasa kurang cukup
dalam dalam memimpin keluarga besar itu. Ia belum merasa puas akan semuanya yang telah ia
berikan kepada anak-anaknya. Karena Anak-anaknya masih belum semuanya terurus
dengan baik. Anak-anaknya pun berpikiran sama, mereka masih pengen ia yang
menjadi kepala rumah tangganya bukan dia yang lainnya.
Usaha demi usaha sang
bapak lakukan, akan tetapi nasib berkata lain, jalan tidak selalu lurus. Saat itu
sang bapak sedang berencana hendak mengunjungi dan melihat kondisi anaknya yang berada di seberang pulau sana. Ia
mengunjungi anaknya bertujuan meminta izin agar di beri kesempatan lagi menjadi
kepala rumah tangga. Dia merayu-rayu anak-anaknya dengan kata-kata yang baik
dan penuh dengan khayalan tinggi, hingga pada akhirnya, sengaja ataupun tidak
kejadian itu bermula. Pada saat enaknya sang bapak merayu-rayu anak-anaknya,
tiba-tiba ular berbisa keluar dari mulut sang bapak. Dengan nada yang biasa
tanpa kesan apa-apa ular itu keluar dari mulut sang bapak kepala rumah tangga.
Anak-anaknya pun kaget seketika itu, karena
ular yang keluar dari mulut sang bapak itu sangat berbisa. Anak-anaknya
lari ketakutan, sok, dan heran bercampur aduk seketika itu. Ular yang keluar
itu mengejar-ngejar anak-anaknya, tidak hanya keluar lalu hilang lari begitu
saja, ular itu mulai menggigit satu persatu anak-anaknya, sang bapak pun jadi
kebingungan dengan kejadian ini.
Sang bapak pun akhirnya
diamankan.....
To be continued,..
No comments:
Post a Comment