Menurut
Sawitri (2011) budaya merupakan keseluruhan pola pemikiran, perasaan dan
tindakan dari suatu kelompok sosial, yang membedakan dengan kelompok sosial
yang lain. Budaya dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai tingkatan, antara
lain : nasional, daerah, gender, generasi, kelas sosial, organisasional atau
perusahaan. (Hofstede, 1994 dalam Indriyanto, 2000). Menurut Natalia &
Supramono mendefisinikan budaya organisasi (organizational culture) sebagai
suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi
tersebut dengan organisasi lain. (Robbins, 1998). Semua makna atau definisi budaya
organisasi tidak lain adalah suatu gabungan sistem antara anggota-anggota yang
mempunyai makna tersendiri untuk membedakan antara satu organisasi satu dengan
organisasi yang lain. Setiap organisasi mempunyai tujuan dan pendapat
masing-masing untuk membentuk suatu organisasi yang baik. Semua didasari dari
tujuan dan makna dibentuknya organisasi agar anggota mempunyai perilaku dan
sikap baik. Robbins (1994) juga memberikan karakteristik budaya organisasi
sebagai berikut : (a) inovasi dan pengambilan resiko yaitu sejauh mana para
anggota organisasi didorong untuk inovatif dan mengambil resiko (b) perhatian
ke rincian yaitu sejauh mana anggota organisasi diharapkan memperlihatkan
presisi (kecermatan), analisis, dan perhatian kepada rincian (c) orientasi
hasil yaitu sajauh mana pimpinan atau pihak manajemen memfokus pada hasil
bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil itu (d)
orientasi orang yaitu sejauh mana keputusan manajemen atau pimpinan
memperhitungkan hasil-hasil orang-orang di dalam organisasi itu (e) orientasi
tim yaitu sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim, bukan
individu-individu (f) keagresifan yaitu sejauh mana anggota organisasi agresif
dan bukanya santai-santai (g) kemantapan yaitu sejauh mana kegiatan organisasi
menekankan dipertahankan status sebagai kontras dari pertumbuhan.
Pada
tingkat organisasional, budaya merupakan seperangkat asumsi-asumsi, keyakinan-keyakinan,
nilai-nilai dan persepsi yang dimilikik para anggota kelompok dalam suatu
organisasi yang membentuk dan mempengaruhi sikap dan perilaku kelompok yang
bersangkutan (Indriantoro, 2000). Di samping tercermin pada nilai-nilai, budaya
organisasional juga dimanifestasikan pada prektek-praktek organisasional, yang
membedakan antara satu kelompok organisasional dengan kelompok organisasional
lainnya. (Kotter & Heskett, 1992, dalam indriyanto, 2000). Flamholtz (1983)
budaya organisasi sebagai pola dari nilai, norma dan kepercayaan yang
bersama-sama dimiliki oleh masing-masing anggota organisasi. Dalam penelitian
Hofstede et al. (1990) menemukan 6 dimensi budaya organisasi yang lebih
mengacu pada aktivitas manajemen yang mencerminkan nilai-nilai karyawan, sebagai
berikut : (a) Orientasi hasil atau Orientasi proses (b) Orientasi orang
(employee) atau orientasi pekerjaan (c) Parochial atau Profesional (d) Sistem
tertutup atau sistem terbuka (e) Kontrol longgar atau kontrol ketat (f)
Normative atau pragmatis. Keenam dimensi ini selalu melekat dalam setiap
organisasi. Masing-masing organisasi dapat dipastikan memiliki kecenderungan ke
salah satu karakteristik setiap dimensi atau ada kemungkinan mengarah kepada
kombinasi dimensi tersebut.
No comments:
Post a Comment